tahun 1997, di masa orde baru , merupakan akhir latihan kita sebagai siswa PSHT di Dusun Desan desa Pintu, Jenangan, Ponorogo , kemudian disyahkan sebagai Warga.
Mengikuti olah raga beladiri , merupakan trend waktu itu bagi anak seumuran smp-sma, mungkin Motivasi setiap orang (anak) beda beda, bisa sebagai sarana olah raga, kesehatan, komunitas dan persaudaraan , kebanggaan, dll..
Di desa Pintu sejak saya kecil sudah ada latihan pencak silat (Persaudaraan Setia Hati Terate), seingat saya jaman dahulu latihan di Ngadiro di tempat (pelataran) pak Puh Suyono dan Mbah Wondo, kemudian Pindah di Pelataran Mbah Lurah (Kades Pintu ) Mbah Hardjo Sumarto Desan ( depan Balai desa Pintu),,
Ketika Saya mulai ikut latihan (1995) pertama kali di pelataran Mbah Lurah, kemudian karena banyak siswa , pelataran tidak cukup, alias sempit, yang terkadang ketika latihan tandangan malah mengenai psserta lain, Maka latihan pindah di Lapangan Balai Desa (SDN Pintu,)
latihan pertama terasa berat, karena begitu masuk ikut ausdower (doweran) disamakan porsinya sebagaimana yang lain (siswa senior) , padahal yg lain sudah biasa,ketika pulang...besuk harinya terasa ngilu alias Njarem di Kaki ..
Namanya juga belum biasa .
Sabuk polos warna hitam bagi siswa tingkat dasar, kemudian naik tinkat jambon (pink),kemudian hijau (ijo), kemudian sabuk putih,,,
Seingat saya waktu itu (1995) ada banyak yg masuk ikut latihan... mungkin di atas 30 an...(seangkatan),,
seiring berjalannya waktu ada yang bertahan, ada yang mengundurkan diri (out) ..entah sibuk atau males atau tidak kuat dengan tantangan yang berat .
Mengikuti olah raga beladiri , merupakan trend waktu itu bagi anak seumuran smp-sma, mungkin Motivasi setiap orang (anak) beda beda, bisa sebagai sarana olah raga, kesehatan, komunitas dan persaudaraan , kebanggaan, dll..
Di desa Pintu sejak saya kecil sudah ada latihan pencak silat (Persaudaraan Setia Hati Terate), seingat saya jaman dahulu latihan di Ngadiro di tempat (pelataran) pak Puh Suyono dan Mbah Wondo, kemudian Pindah di Pelataran Mbah Lurah (Kades Pintu ) Mbah Hardjo Sumarto Desan ( depan Balai desa Pintu),,
Ketika Saya mulai ikut latihan (1995) pertama kali di pelataran Mbah Lurah, kemudian karena banyak siswa , pelataran tidak cukup, alias sempit, yang terkadang ketika latihan tandangan malah mengenai psserta lain, Maka latihan pindah di Lapangan Balai Desa (SDN Pintu,)
latihan pertama terasa berat, karena begitu masuk ikut ausdower (doweran) disamakan porsinya sebagaimana yang lain (siswa senior) , padahal yg lain sudah biasa,ketika pulang...besuk harinya terasa ngilu alias Njarem di Kaki ..
Namanya juga belum biasa .
Sabuk polos warna hitam bagi siswa tingkat dasar, kemudian naik tinkat jambon (pink),kemudian hijau (ijo), kemudian sabuk putih,,,
Seingat saya waktu itu (1995) ada banyak yg masuk ikut latihan... mungkin di atas 30 an...(seangkatan),,
seiring berjalannya waktu ada yang bertahan, ada yang mengundurkan diri (out) ..entah sibuk atau males atau tidak kuat dengan tantangan yang berat .
saya waktu itu ikut yang reguler, bukan privat; latihan biasa selasa malam Rabu dan Malam Ahad (minggu,)
biasanya latihan dari habis isyak sampai jam 1-2 malam (dini hari), kadang sih bisa sampai pagi,
Memang ada beberapa teman yang ikut Privat (percepatan) ,jadi cukup sekitar setahunan sudah selesai materi pokoknya dan siap disyahkan jadi warga ,
Jadi di tahun 1996 ada yg disyahkan seperti Parman ( texdo) waktu dulu bendahara siswa , Nur Hadi (ribut) , Samsul Arifin (Giceng) desan mas Jono, dan siapa lagi ya ?
Latihan biasanya dipegang warga yang baru, seperti mas Hadi, Taufik Gang Doro, Mentik, Edy Nugroho, Mashudi, Soleman, juga warga senior lagi seperti mas Heri (bores) Mas cahyo widodo, mas Syamsi, Totok, Masduki, dll
Biasanya habis isyak sampai sekitar jam 9 malam itu latihan fisik (stamina) ..atau doweran, seperti push up, sit up (pir perut), lari di tempat, tendangan, kayang, squad jump, dll
setelah itu istirahat,sekitar setengah jam kemudian latihan tema jurus atau senam....dan kadang langsung Sambung...(tergantung pelatih)
Saya sebagai bendahara memegang iuran peserta setelah Mas Parman jadi warga,
Tingkatan demi tingkatan harus dilalui, dari sabuk polos ( hitam) , Jambon , Hijau dan putih,,,
tes kenaikan tingkat kadang uji nyali di kuburan,,kadang ditengah jalan dihadang pelatih,,,, dll,,
Ketika masih sabuk Polos ( hitam) kita sering juga dijatah warga (sambung) , maka ya terasa gimana gitu, mental blm kuat , fisik blm terlatih juga teknik masih kalah jauh,,,dg sang pelatih ..
Biasanya kalau malam ahad dalam satu bulan sering latiham gabungan dengan rayon lain, misal ke Ngrupit atau Jimbe atau yang lainnya
sehingga semakin ramai dan saling mengenal siswa dan warga dari berbagai wilayah..
Terkadang ketika kenalan disuruh maju satu persatu,,
dengan menyebutkan nama dan hobi...dll..
saya pernah meyebutkan hobi dipijeti malah suruh mijetin warga,,,
ya santai saja..
wong saya dah biasa mijetin orang tua sejak kecil...
jadi tidak terasa capek ..malah Enjoy saja,..
Waktu latihan terakhir..
Jelang pengesahan..
Kita sepakat tidak masuk latihan
Banyak yg tdk masuk..
Karena banyak factor...
Teman dari Desan dan Ngadiro..kompak tidak hadir..sedangkan dari Krajan hadir..
Saya tahu nanti akan dijemput
Maka saya sembunyi di Mobil
Yang terparkir di Garasi Rumah Pak Kadiso..
Saya memantau dari dalam mobil..
Tahu ada yg jemput..
Ketuk pintu rumah..
Namun orang rumahpun tidak tahu keberadaan saya..
Akhirnya...
Amam malam itu..
Diumumkan bahwa masih ada latihan..terakhir..
Sebelum pengesahan menjadi Warga.
Akhirnya kita masuk semua..
Dihukum secara fisik yang berat..
Alhamdulillah... masih kuat..
Bertahan hingga pengesahan..
Syah menjadi warga PSHT
Bulan Muharram di tahun 1997 Masehi.
Komentar